KISAH SANG JURU TAKTIK PERANG (PANGERAN DIPONEGORO)
Pangeran Diponegoro adalah pemimpin perang yang menerapkan berbagai strategi dalam melawan Belanda, termasuk perang gerilya dan taktik Telik Sandi. Ia juga mengandalkan dukungan masyarakat setempat.
Strategi perang gerilya
- Memanfaatkan kondisi geografis Jawa yang berbukit dan berhutan
- Memusatkan pertahanan di Gua Selarong
- Berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya
Taktik Telik Sandi
- Mengirim mata-mata untuk mendapatkan informasi tentang musuh
Taktik musim penghujan
- Memanfaatkan situasi alam menjadi senjata yang tidak terkalahkan
- Menimbulkan berbagai penyakit seperti disentri dan malaria
Dukungan masyarakat setempat
- Mengandalkan dukungan masyarakat setempat dalam perang Jawa
Taktik Benteng Stelsel
- Taktik Belanda untuk mempersempit daerah lawan dengan membangun benteng di setiap sudut kota yang sudah dikuasai
Perang Diponegoro atau Perang Jawa berlangsung antara tahun 1825 dan 1830. Perang ini menelan korban terbanyak dalam sejarah Indonesia. Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Pasukan Tulungan asal Minahasa di Magelang dan diasingkan ke Manado dan Makassar hingga akhir hayatnya.
Pada 28 Juli 1825, Pangeran Diponegoro berkumpul di Selarong bersama para tokoh yang membantunya dalam peperangan terhadap penjajah Belanda. antara lain Pangeran Mangkubumi, Pangeran Adinegoro, Pangeran Panular, Adiwinoto, Suryodipuro, Kiai Mojo, Pangeran Ronggo, Ngabehi Mangunharjo, dan Pangeran Surenglogo.
Setelah Belanda mendatangi dan membakar kediamannya di Tegalrejo, P. Diponegoro memerintahkan Joyomenggolo, Bahuyuda, dan Hanggowikromo untuk memobilisasi orang desa di sekitar Selarong agar siap berperang melawan Belanda.
Selanjutnya, P. Diponegoro mengirim surat kepada para pemimpin pasukan di wilayah Kesultanan Yogyakarta, yang berada di Kedu, Bagelen, Banyumas, Serang, Monconegoro Timur (Magetan, Madiun, Rajegwesi, Kertosono, Berbek, Ngrowo), serta demang di perbatasan lainnya, untuk memerangi Belanda.
Pangeran Diponegoro juga membagi daerah perang dan menyusun struktur organisasi militer meniru organisasi tentara Kerajaan Turki Utsmani.
Dalam Perang Jawa, Pangeran Diponegoro menamai pangkat untuk pemimpin tertinggi sebagai "Alibasah".
Beberapa Alibasah dan Basah yang ditunjuk oleh Pangeran Diponegoro di antaranya:
- Alibasah Sentot Prawirodirjo
- Alibasah Kerto Pengalasan (Tumenggung Wiryodirejo)
- Alibasah Mohammad Ngusman
- Basah Gondokusumo
- Basah Mertonegoro
- Basah Ngabdul Latip
Selain tokoh-tokoh tersebut, masih banyak yang membantu Pangeran Diponegoro selama Perang Jawa, di antaranya:
Pangeran Suryologo
Tumenggung Mangkudirejo (Pangeran Mangkudiningrat)
Pangeran Notoprojo
Tumenggung Mertoyudo (Pangeran Wiryonegoro)
Pangeran Suryokusumo
Tumenggung Reksoprojo
Pangeran Abu Bakar
Tumenggung Handangtoro
Tumenggung Gajah Pernada
Tumenggung Hadiwinoto
Tumenggung Martodipuro
Tumenggung Sumodilogo
Tumenggung Joyomustopo
Tumenggung Hadisuryo
Tumenggung Sumonegoro
Tumenggung Seconegoro
Tumenggung Sumodiwiryo
Pangeran Surodilogo
Tumenggung Ranupati
Pangeran Suryonegoro
Pangeran Surodinegoro
Warsokusumo
Tumenggung Kertodirjo
Tumenggung Mangkunegoro
Tumenggung Kolopaking IV
Tumenggung Kertanegara IV
Tumenggung Jogonegoro
Dan masih banyak lagi
0 comments:
Posting Komentar